Geliat Bisnis Software Akuntansi Lokal

Setiap akhir bulan, Yati Herawati, karyawati sebuah perusahaan ritel bahan bangunan di Bekasi Timur, sangat resah. Maklum, sebagai seorang akuntan, pada waktu-waktu tersebutlah ia harus bekerja ekstra keras untuk membuat laporan keuangan. Ia beserta seorang rekannya juga harus membuat laporan keuangan secara manual dengan mengandalkan program Microsoft Excel. “Jatah saya setiap akhir bulan repot seperti ini, benar-benar tidak menyenangkan,” kata Yati mengeluh, tak berdaya.



Sebenarnya, pengalaman Yati tidak perlu terjadi jika saja perusahaannya mau sedikit menambah investasi dengan mengggunakan peranti lunak akuntansi dalam pembuatan laporan keuangannya. Dengan menggunakan accounting software, pekerjaan membuat laporan keuangan bukan hanya menjadi lebih mudah, tapi juga lebih akurat.



Seperti diungkap Yenny Kusumahendra, Direktur Pemasaran PT Kumala Kencana Kreasindo, penggunaan software akuntansi sangat penting, untuk melihat perusahaan sudah berjalan dengan benar ataukah belum. Hal ini bisa dilihat melalui laporan keuangan yang digunakan sebagai tolok ukur perusahaan dan untuk pengambilan keputusan. “Kecepatan dalam memproses data tidak dapat dimungkiri merupakan kebutuhan dasar. Selain itu, ketika accounting ini masih menggunakan cara konvensional, faktor human error-nya akan lebih besar,” ujar Yenny.







Pendapat senada dilontarkan Djuliana, Direktur Utama PT Metro Interior, perusahaan distributor wall paper, karpet dan laminted floor asal Medan. Menurutnya, peran peranti lunak akuntansi sangat penting karena untuk mengetahui aliran keuangan perusahaan dengan jelas. Sebagai pemimpin perusahaan, ia memerlukan laporan yang fungsinya untuk kontrol. Masalahnya, ia tidak harus mengurus penuh atau terjun langsung ke bagian keuangan. “Dengan software akuntansi, saya bisa melihat data mana yang dibutuhkan dan ingin dilihat, sehingga bisa langsung membuat keputusan.”



Pasar peranti lunak akuntansi sejatinya sangat besar. Maklum, akuntansi merupakan salah satu kebutuhan dasar perusahaan. Dan saat ini, sudah bukan zamannya mengelola data keuangan secara manual. Tak mengherankan, kini terdapat begitu banyak pilihan jenis peranti lunak: ada yang buatan software house luar negeri, seperti DacEasy Accounting (DAC), MYOB, Peachtree, Oracle, Quickbook dan Valauplus; ada pula yang buatan lokal seperti Dbs Solution, Accurate, Zahir Accounting, ACCS dan MAS Accounting.



Mas Agung Sachli, Direktur Pengelola PT Integritas Makmur Mandiri (Imamatek), menyebutkan bahwa peranti lunak akuntansi merupakan kebutuhan dasar perusahaan. Kebutuhan tersebut didorong dua faktor. Pertama, perusahaan semakin berkembang. Bisnis semakin besar dan pasar semakin banyak, maka akan semakin sulit pula jika dilakukan secara manual. Kedua, faktor eksternal, pemerintah mulai memperketat peraturan pajak agar perusahaan memiliki sistem pembukuan yang rapi. “Laporan keuangan ini harus dikeluarkan dengan cepat. Karena itu, waktu yang dibutuhkan pendek sekali. Kalau masih manual, tidak akan mungkin terkejar,” kata Agung.



Untuk jenis software yang satu ini, buatan lokal punya keunggulan tersendiri dibanding yang asing. Pertama, lebih mudah dimengerti karena menggunakan bahasa Indonesia. Kedua, jumlah digit angka lebih sesuai dengan karakter usaha di Indonesia. “Nilai mata uang Indonesia rendah sehingga harus banyak digitnya, kalau di luar negeri 8 digit saja sudah banyak, sudah perusahaan besar sekali,” ujar Fuad Fadil Basymeleh, pendiri sekaligus Presdir Zahir Internasional.



Selain dua keunggulan dasar tersebut, menurut Fuad, transaksi lokal di Indonesia ada yang unik dan tidak terdapat di luar negeri, seperti giro mundur. “Dari sisi dukungan juga yang harus diutamakan di Indonesia. Budaya orang Indonesia berbeda dari orang luar. Misalnya, dalam belajar harus didampingi. Nah, ini yang membuat kami masih ada peluang di sini.”



Dengan berbagai keunggulan tersebut, peranti lunak akuntansi lokal menjadi pilihan banyak perusahaan, terutama kalangan usaha kecil-menengah (UKM). Bukan hanya karena faktor harga, tapi juga karena alasan kualitas yang dinilai sesuai dengan yang diharapkan.



Namun, saat ini ada begitu banyak pemain lokal di bisnis ini, sehingga masing-masing pemain harus menerapkan strategi jitu agar menjadi pilihan konsumen. Terlebih, hampir semua pemain lokal yang ada membidik pasar yang sama: kalangan UKM.



Fuad mengatakan, ada beberapa hal yang diandalkan perusahaannya untuk menaklukkan pasar. Pertama, Zahir mengedepankan fungsi: produknya bukan hanya mengelola laporan keuangan dan pembukuan, tetapi dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Pasalnya, software Zahir bisa membuat solusi dengan data-data bulan sebelumnya dan tren yang terjadi sehingga konsumen bisa mengendalikan perusahaan lebih baik. “Ada grafis sehingga pengusaha UKM ini tahu kondisi perusahaan secara nyata, mereka bisa mengambil keputusan secara cepat, tidak lagi harus diolah datanya,” ujarnya.



Selain itu, Zahir yang sudah masuk ke versi 5 memberikan banyak varian produk. Menurut Fuad, banyaknya varian tersebut ditujukan untuk lebih spesifik pada jenis usaha, sehingga mereka tidak perlu membeli keseluruhan seperti saat pertama kali Zahir diluncurkan. Mana yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, maka itulah yang dibeli. Ada Zahir Small Business Accounting untuk usaha kecil yang membidangi jasa dan perdagangan, organisasi nirlaba serta perorangan, yang memerlukan pembukuan sederhana, mengelola uang, piutang, tagihan dan pelaporan. Juga ada Zahir FlexyMoney untuk usaha kecil di bidang jasa, organisasi nirlaba dan perorangan, yang memerlukan pembukuan praktis dan lengkap, mengelola uang, giro, piutang, tagihan dan pelaporan secara mudah dan cepat. Ada pula Zahir FlexyTrade, Zahir Accounting Standard, Zahir Enterprise, Zahir POS, dan Zahir Report Server. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 1 juta sampai Rp 15 juta per paket.



PT Cipta Piranti Sejahtera (CPSSoft) yang dikenal lewat merek Accurate menempuh strategi yang berbeda. Pemain yang hadir sejak 1999 ini lebih mengedepankan layanan pascajual untuk menarik pelanggan. Menurut Darwin Tjoe, Kepala Pemasaran CPSSoft, fitur merupakan hal wajib yang harus dipenuhi software house. “Saat ini layanan pascajual memainkan peran yang sangat penting, seperti upgrade minor. Pelanggan tidak harus dibebani untuk membeli software baru jika hanya menambah fitur tertentu,” ujarnya seraya mencontohkan bentuk pajak yang tiap tahun berubah. “Accurate menyediakan laporan pajak yang terintegrasi sehingga lebih mudah untuk menyesuaikannya dengan perubahan tersebut.”



Sama seperti CPSSoft, Immatek yang menggunakan merek Fina juga mengedepankan layanan pascajual sebagai daya pikat bagi pelanggannya. “Kondisi di Indonesia berbeda dengan di Amerika. Mereka lebih teredukasi dengan komputer, teredukasi dengan membuat laporan keuangan yang bagus,” ujar Agung.



Immatek, yang berkiprah di bisnis software akuntansi sejak 2006, berusaha memberikan layanan lebih ke pelanggan, misalnya dengan penyediaan Fina Operator (FO). Ketika perusahaan menggunakan software, ada peningkatan kapasitas pekerjaan selama tiga bulan pertama, baik perubahan dari sistem lama ataupun mulai awal dari manual. Untuk itu, Imamatek memberikan tenaga siap pakai bagi para pelanggannya. “Kalau mereka beli, kami akan kirim trainer. Orang di dalamnya itu akan dilatih,” ujar Agung.



Baru-baru ini Imamatek meluncurkan program akuntansi terbarunya: Viewture. Agung melihat, banyak pebisnis yang meskipun sudah melihat laporan keuangannya tidak tahu keputusan apa yang harus diambil. Hal ini dikarenakan latar belakangnya bukan dari akuntansi sehingga tidak tahu bagaimana menganalisisnya. Padahal, tujuan pebisnis adalah membuat keputusan akan dibawa ke mana perusahaanya yang didasarkan laporan keuangan. “Viewture dibuat untuk membantu pengusaha menggunakan laporan keuangan ini menjadi angka-angka yang mudah dilihat dan dijelaskan. Tidak hanya itu, Viewture membantu pebisnis memberikan strategi,” katanya. Fungsi kedua Viewture, setelah tahu strategi yang diambil, langsung bisa dilihat proyeksi ke depannya.



Di samping pemasaran berbasis produk, metode penjualan software yang dilakukan software house lokal ini juga berbeda-beda. Darwin mengatakan, dalam memasarkan produknya, CPSSoft melakukan penjualan langsung ke perusahaan yang berbasis UKM dan online marketing. Selain itu, banyak channel distributor yang bekerja sama dengan toko komputer atau software di kota-kota besar di Indonesia. Acurate juga bekerja sama dengan Microsoft dengan sistem bundling. Saat ini, ketika pengguna membeli Microsoft Office untuk Pro Business Edition, di dalamnya sudah termasuk Accurate. “Ini untuk memberikan nilai tambah dari Microsoft,” katanya. Sementara untuk branding, Accurate juga beriklan di beberapa media cetak.



Selain itu, Accurate juga masuk ke lembaga pendidikan seperti universitas atau tempat kursus. “Kami ingin konsentarasi di pengembangan software. Di satu sisi melihat dunia usaha sebagi pasar yang bisa digarap, di sisi lain membantu menyiapkan tenaga kerjanya,” ujar Darwin. Ini akan membantu pengguna mendapatkan tenaga kerja yang siap pakai. Di sisi lain, universitas tidak perlu mengeluarkan biaya banyak untuk membeli lisensi software.



Lain lagi dengan Imamatek. Perusahaan ini lebih banyak mengandalkan kegiatan below the line seperti seminar untuk mengedukasi pasar. “Ngobrol, mereka datang dengan masalah. Selagi kami bisa menyelesaikan masalah, mereka akan beli,” kata Agung. Menurutnya, iklan kurang efektif untuk mengedukasi pasar, selain karena harganya mahal, juga hanya bersifat komunikasi satu arah. Imamatek sendiri memiliki beberapa reseller, selain di Jakarta, ada juga di Surabaya, Balikpapan dan Palembang.



Fuad kurang sependapat dengan Agung. Menurutnya, iklan tetap perlu dilakukan untuk menciptakan awareness. Namun, diakuinya, iklan saja memang tidak cukup, harus diimbangi dengan kegiatan below the line yang intensif. “Sebenarnya, word of mouth juga sangat berperan. Karena itu, pendekatan pelanggan untuk kepuasan mereka merupakan hal yang mutlak,” ujar Fuad seraya menyebutkan, saat ini Zahir sudah memiliki lebih dari 10 ribu pelangggan.



Terobosan baru yang dilakukan Zahir dalam memasarkan produknya adalah dengan mengeluarkan paket Zahir Merdeka. Pelanggan tidak perlu membeli paket yang mahal, cukup membeli CD starterkit dan voucer prabayar, mulai dari Rp 34 ribu per 30 hari transaksi. “Jadi, UKM yang masih ragu-ragu membeli tidak perlu takut membeli karena takut tidak terpakai,” kata Fuad.



Menurut Fuad, pasar software akuntansi masih terbuka lebar dan peluangnya bagus, tinggal bagaimana pelayanan yang diberikan ke pelanggan. Jangan seperti software pesanan yang dibuat para programmer, yang layanan pascajualnya tidak dijamin. Ketika ditanya tentang banyaknya pengguna software bajakan, ia mengatakan bahwa hal ini sebagai edukasi ke masyarakat. “Mereka yang baru beli bajakan, belajar, kemudian telepon ke kami setelah ada masalah, dan kami suruh mereka beli yang asli. Kami ambil saja positifnya, ” katanya.***



Sumber: http://swa.co.id/listed-articles/geliat-bisnis-software-akuntansi-lokal

0 Komentar