Integrasi ERM dan ESG: Strategi Menghadapi Risiko untuk Pertumbuhan Berkelanjutan

Bali, 9–10 Agustus 2025 – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Narotama Surabaya sukses menjadi host dalam ajang 3rd International Conference on Management Technology, Engineering and Design (ICOMTED 2025) yang diselenggarakan di Hotel Aryaduta, Bali. Konferensi ini mengusung tema besar “Achieving Industrial Revolution 4.0 Through Recent Advancement in Management and Technology” dan menghadirkan berbagai pemikir, akademisi, serta praktisi internasional.

Salah satu sesi utama yang menarik perhatian peserta adalah Keynote Speech dari Prof. Dr. Fauzilah Salleh, Head of Law & Business Research Cluster, Universiti Sultan Zainal Abidin, Malaysia, dengan topik “Integrating ERM and ESG: Managing Emerging Risks for Sustainable Growth.”

ERM dan ESG: Dua Pilar Strategis

Dalam presentasinya, Prof. Fauzilah menjelaskan bahwa Enterprise Risk Management (ERM) merupakan proses terstruktur dan berkelanjutan untuk mengelola risiko di seluruh organisasi, sedangkan Environmental, Social, and Governance (ESG) berfokus pada keberlanjutan jangka panjang, kepatuhan, dan kepentingan investor. Integrasi keduanya diyakini mampu memberikan pandangan risiko yang lebih holistik, menyederhanakan laporan, serta meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan.

Tren Risiko Global dan Urgensi Integrasi

Prof. Fauzilah juga menekankan bahwa risiko global seperti keamanan siber, keberlanjutan bisnis, modal manusia, disrupsi digital, serta perubahan iklim akan semakin dominan dalam tiga tahun ke depan. Oleh karena itu, organisasi perlu memasukkan perspektif ESG ke dalam kerangka ERM agar mampu menghadapi dinamika global yang semakin kompleks.

Strategi dan Manfaat

Melalui pendekatan TART Framework (Terminate, Accept, Reduce, Transfer), organisasi dapat merumuskan strategi mitigasi risiko yang lebih efektif. Integrasi ERM dan ESG diyakini dapat:

  • Meningkatkan reputasi merek,

  • Memperkuat resiliensi perusahaan,

  • Meningkatkan kepercayaan investor,

  • Mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Peran Pemangku Kepentingan

Keterlibatan pemangku kepentingan internal (dewan direksi, manajemen, tim risiko, HR, dan keuangan) serta eksternal (regulator, LSM, investor, dan pelanggan) dinilai sangat penting dalam memastikan integrasi ini berjalan efektif. Transparansi melalui laporan berstandar global (seperti GRI dan TCFD) menjadi kunci dalam membangun kepercayaan publik.

Penutup

Presentasi ini memberikan wawasan berharga bagi para akademisi, praktisi bisnis, dan pembuat kebijakan tentang bagaimana integrasi ERM dan ESG bukan hanya sekadar kebutuhan kepatuhan, tetapi juga strategi keunggulan kompetitif di era Revolusi Industri 4.0.

Editor: Amrun Rosyid

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.